Rabu, 16 Desember 2009

Penelitian: Hubungan antara IQ dan EI

IQ (Intellegencia Qoutient) adalah standar kecerdasan sedangkan EQ (Emotional Quotient) adalah Kecerdasan Emosional


Daniel Goleman (2003), salah seorang yang memopulerkan jenis kecerdasan Emotional Quotient (EQ). Ia menganggap adanya faktor kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ) mempengaruhi prestasi seseorang. Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligen, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan social.

Siswa yang meningkatkan kecerdasan emosional mengalami kemajuan/ peningkatan dalam kecerdasan berpikir. Goleman, 2003 telah melakukan penelitian di Amerika tentang hubungan EQ dengan IQ dan hasilnya cukup bermakna. Padahal telah bertahun-tahun, IQ (Intellegencia Qoutient) telah diyakini sebagai standar kecerdasan.

Adanya materi Rancangan Penelitian dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XII SMA, seorang siswa melakukan penelitian hubungan antara EQ dan IQ (Prestasi Belajar) pada siswa SMA (dimana ia sekolah). Tes yang digunakan untuk Prestasi Berlajar adalah nilai rapor semester ganjil kelas XII sedangkan Emosional adalah skor dari lima dimensi EI, yaitu kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Hasil yang diperoleh adalah
1). Ada hubungan bermakna antara IQ dan prestasi belajar siswa,
2). Tidak ada hubungan bermakna antara kecerdasan emosional (EQ) dan inteligensi (IQ), dan
3). Tidak ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional (EQ) dan prestasi belajar.

Hasil penelitian itu ternyata berbeda dengan hasil penelitian Goleman di sekolah di Amerika, yang menyatakan bahwa pengaruh program EQ dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Keperbedaan itu terjadi karena:
1. Sistem pendidikan yang dilakukan oleh para guru lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan rasional, kurang berorientasi pada pengembangan kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar. Banyak para guru belum sadar akan perlunya menanggapi emosi yang dialami siswa.
2. Siswa belum mengenal/mengerti emosi sendiri, baik di sekolah maupun dalam keluarga, sehingga mereka cenderung buta emosi (emotional illiteracy), atau tidak sadar akan emosi yang muncul dan tidak tahu bagaimana mengendalikan emosi serta bagaimana mengungkapkan emosi secara benar.

Oleh karena itu kesimpulan penelitian, bahwa kecerdasan emosional, diperlukan di samping kecerdasan rasional, maka para guru, orangtua memahami emosi para siswa khususnya Kelas XII SMA untuk mengembangkan masa depan generasi muda.
Bagaimana menurut pendapat saudara ?

3 komentar:

  1. Silahkan tanggapi tulisan ini khususnya bagi yang rmd, tanggapi saja. OK selamat berlibur!!!

    BalasHapus
  2. menurut saya,,
    hubungan antara IQ dan EQ sangat penting. walaupun pada kehidupan umumnya,orang-orang hanya melihat tingkat kecerdasan hanya sebatas pada IQ, tapi mereka sebenarnya telah keliru dalam berpikir untuk selama ini. sebenarnya dibandingkan IQ, EQ begitu berperan dalam kehidupan. tingkat kecerdasan seseorang atau yang biasa di sebut IQ belum tentu berkembang semakin hari, bahkan bisa saja malah menurun. sedangkan EQ, setiap orang harus melatihnya.
    bayangkan saja bila seseorang hanya mempunyai IQ tinggi sedangkan EQ-nya sebaliknya, dia memang akan tampak pintar bagi orang sekelilingnya namun, ketika dalam tingkat emosi diluar batasnya, saat melebihi batas emosinya, dia bisa kehilangan kontrol akan dirinya bahkan lebih buruk lagi adalah selain terbawa emosi dia juga bisa melepas emosinya yang tanpa kontrol dengan tidak sadar.
    sebaliknya, bila seorang anak yang mempunyai IQ pada umunya namun penguasaann EQ benar-benar baik. walau dalam keseharian dia akan tampak seperti anak pada umumnya, namun dalam menghadapi sesuatu, dia akan jauh lebih tenang dan dapat mendapat hasil yang maksimal.
    maka sebenarnya akan lebih baik bila IQ dan EQ dapat dibina secara seimbang karena selain akan menjadi pintar juga dalam pengasaan emosi pun dapat terkendali dengan baik.

    rosy ristyorini rmd. s.c

    BalasHapus
  3. setuju dengan pendapat goleman , karena menurut saya EQ dan IQ sangat berhubungan seperti hal nya kita yang hanya memiliki IQ tidak seimbang karena merasa ada sesuatu yang kurang di dalam diri . demikian dengan hanya memiliki EQ saja kita merasa kurang , namun banyak orang salah tanggap antara pengertian antara EQ dan IQ yang membuat orang jadi tidak bisa membedakan antara EQ dan IQ , untuk dapat bisa membedakannya kita harus dapat dapat bimbingan dari bimbingan bisa dari guru BP/BK atau bertanya ke physikolog .
    maka dari itu kita harus bisa membagi rata antara EQ dan IQ jangan pilih pilih di antara dua itu , kalau saja tidak seimbang maka pincang dan bisa terjatuh .







    galuh hayu n rmd SOC C

    BalasHapus