Rabu, 25 Nopember 2009
Hari ini, para guru di SMA Negeri 58 Jakarta tersenyum ceria saat menerima setangkai bunga dari siswa-siswi SMA Negeri 58 Jakarta Timur. “Selamat hari guru, Bu; Selamat hari guru, Pa” ucap para siswa, setelah upacara hari guru pada hari Rabu 25 Nopember 2009 pkl. 07.00, sebagai inspetur upacara kepala SMA Negeri 58 Ibu Dra.Hj.Nelmi. Pada kesempatan itulah Ibu Kepala Sekolah memberikan penghargaan kepada guru dan karyawan yang ter......., dari hasil survey/pendapat para siswa, guru yang terdisiplin, guru yang terlama (senior), guru terbaik, dsb. Setelah upacara usai dilaksanakan berbagai kegiatan perlombaan, antara lain lomba nasi tumpang antar kelas.
Peringatan Hari Guru tahun ini sungguh indah, betapa tidak, sudah banyak guru yang lulus sertifikasi sebagai penanda kompetensinya diakui, kini mulai menuai kenaikan gaji melipatganda gaji pokok. Ya, semestinya dengan peningkatan gaji itu seharusnya kinerja para guru lebih baik, dan hasilnya terlihat dari meningkatkan kualitas/mutu pendidikan. Guru sudah dapat meningkatkan kualifikasi pendidikan, perlu membaca, membeli koran, membeli buku, punya laptop, sampai asset internet.
Betul juga kata Iwan Falss dengan lagu yang menggelitik bahwa gaji guru jaman dulu sangat menyedihkan seperti reff lagu ini......
Hari ini, para guru di SMA Negeri 58 Jakarta tersenyum ceria saat menerima setangkai bunga dari siswa-siswi SMA Negeri 58 Jakarta Timur. “Selamat hari guru, Bu; Selamat hari guru, Pa” ucap para siswa, setelah upacara hari guru pada hari Rabu 25 Nopember 2009 pkl. 07.00, sebagai inspetur upacara kepala SMA Negeri 58 Ibu Dra.Hj.Nelmi. Pada kesempatan itulah Ibu Kepala Sekolah memberikan penghargaan kepada guru dan karyawan yang ter......., dari hasil survey/pendapat para siswa, guru yang terdisiplin, guru yang terlama (senior), guru terbaik, dsb. Setelah upacara usai dilaksanakan berbagai kegiatan perlombaan, antara lain lomba nasi tumpang antar kelas.
Peringatan Hari Guru tahun ini sungguh indah, betapa tidak, sudah banyak guru yang lulus sertifikasi sebagai penanda kompetensinya diakui, kini mulai menuai kenaikan gaji melipatganda gaji pokok. Ya, semestinya dengan peningkatan gaji itu seharusnya kinerja para guru lebih baik, dan hasilnya terlihat dari meningkatkan kualitas/mutu pendidikan. Guru sudah dapat meningkatkan kualifikasi pendidikan, perlu membaca, membeli koran, membeli buku, punya laptop, sampai asset internet.
Betul juga kata Iwan Falss dengan lagu yang menggelitik bahwa gaji guru jaman dulu sangat menyedihkan seperti reff lagu ini......
Reff: Oemar Bakri.. Oemar Bakri..
40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti
Memang makan hati
Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri, profesor, doktor, insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Kesejahteraan guru sekarang ini sudah jauh lebih jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Apalagi, pasal dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 (UU Guru dan Dosen) tentang tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sudah terealisasi.
Memang bukan tugas yang ringan dan mudah untuk menekuni profesi sebagai guru. Selain mumpuni dalam menjalankan tugas-tugas institusi, mereka juga diharapkan mampu memiliki kepribadian terpuji sekaligus mampu bergaul secara sosial di tengah-tengah komunitas masyarakatnya. Mengingat demikian pentingnya keberadaan guru dalam membangun sebuah peradaban bangsa, sangat beralasan jika Kaisar Jepang pernah bertanya: ”Masih berapa guru yang tersisa di negeri ini?” pasca-peristiwa bom atom tahun 1945. Sang Kaisar justru tidak bertanya, berapa tentara yang tersisa. Agaknya, dia sangat mencemaskan kelanjutan masa depan Jepang seandainya negeri Matahari terbit yang sedang menghadapi masa-masa sulit semacam itu kehilangan figur seorang guru. Dengan kata lain, untuk mengumpulkan puing-puing peradaban Jepang yang hancur, guru dirangkul dan diposisikan secara terhormat dan bermartabat. Tak heran jika dalam perkembangannya kemudian, negeri Dai Nippon itu mampu menjadi salah satu “Macan Asia”, bahkan dunia.
Meski demikian, apresiasi terhadap profesi guru tak hanya sebatas tunjangan finansial. Mereka juga membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam menjalankan tugas-tugas profesinya. Sungguh menyedihkan ketika banyak kejadian kekerasan yang masih saja menimpa para guru. Tak jarang, mereka harus menerima ancaman kekerasan dari siswa atau pihak orang tua murid, ketika sedang menjalankan tugas. “Pembidaban” semacam ini, apa pun motifnya, jelas keliru dan tak bisa ditolerir. Taruhlah guru bersalah dalam mengambil keputusan, karena mereka juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Namun, sungguh tidak adil kalau guru lantas harus diperlakukan kurang manusiawi melalui tindakan-tindakan konyol dan kurang beradab. Ini tidak lantas berarti, guru mesti dibiarkan berbuat semaunya, karena sudah ada kode etik yang mengikat mereka dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya. Dalam konteks ini, sungguh relevan lirik pilu Winarno Surahmat: “Apakah artinya bertugas mulia, ketika kami hanya terpinggirkan, tanpa ditanya, tanpa disapa.”
Yang tidak kalah menyedihkan, masih saja ada upaya sistematis untuk membungkam suara kritis para guru. Mereka tak segan-segan kena semprit kalau ikut-ikutan melakukan kontrol terhadap berbagai bentuk penyimpangan yang terjadi, seperti menyuarakan kecurangan Ujian Nasional, memperjuangkan nasib rekan sejawat yang teraniaya, atau memobilisasi guru untuk kepentingan-kepentingan politis.
Pada sisi lain, para guru juga mesti melakukan refleksi dan otokritik. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan, para guru juga harus berusaha meningkatkan kompetensi diri. Empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial, sudah seharusnya tak hanya sekadar hafalan dan retorika belaka, tetapi benar-benar menyatu secara afektif dan mewujud dalam aksi nyata.
Kesejahteraan guru sekarang ini sudah jauh lebih jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Apalagi, pasal dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 (UU Guru dan Dosen) tentang tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sudah terealisasi.
Memang bukan tugas yang ringan dan mudah untuk menekuni profesi sebagai guru. Selain mumpuni dalam menjalankan tugas-tugas institusi, mereka juga diharapkan mampu memiliki kepribadian terpuji sekaligus mampu bergaul secara sosial di tengah-tengah komunitas masyarakatnya. Mengingat demikian pentingnya keberadaan guru dalam membangun sebuah peradaban bangsa, sangat beralasan jika Kaisar Jepang pernah bertanya: ”Masih berapa guru yang tersisa di negeri ini?” pasca-peristiwa bom atom tahun 1945. Sang Kaisar justru tidak bertanya, berapa tentara yang tersisa. Agaknya, dia sangat mencemaskan kelanjutan masa depan Jepang seandainya negeri Matahari terbit yang sedang menghadapi masa-masa sulit semacam itu kehilangan figur seorang guru. Dengan kata lain, untuk mengumpulkan puing-puing peradaban Jepang yang hancur, guru dirangkul dan diposisikan secara terhormat dan bermartabat. Tak heran jika dalam perkembangannya kemudian, negeri Dai Nippon itu mampu menjadi salah satu “Macan Asia”, bahkan dunia.
Meski demikian, apresiasi terhadap profesi guru tak hanya sebatas tunjangan finansial. Mereka juga membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam menjalankan tugas-tugas profesinya. Sungguh menyedihkan ketika banyak kejadian kekerasan yang masih saja menimpa para guru. Tak jarang, mereka harus menerima ancaman kekerasan dari siswa atau pihak orang tua murid, ketika sedang menjalankan tugas. “Pembidaban” semacam ini, apa pun motifnya, jelas keliru dan tak bisa ditolerir. Taruhlah guru bersalah dalam mengambil keputusan, karena mereka juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Namun, sungguh tidak adil kalau guru lantas harus diperlakukan kurang manusiawi melalui tindakan-tindakan konyol dan kurang beradab. Ini tidak lantas berarti, guru mesti dibiarkan berbuat semaunya, karena sudah ada kode etik yang mengikat mereka dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya. Dalam konteks ini, sungguh relevan lirik pilu Winarno Surahmat: “Apakah artinya bertugas mulia, ketika kami hanya terpinggirkan, tanpa ditanya, tanpa disapa.”
Yang tidak kalah menyedihkan, masih saja ada upaya sistematis untuk membungkam suara kritis para guru. Mereka tak segan-segan kena semprit kalau ikut-ikutan melakukan kontrol terhadap berbagai bentuk penyimpangan yang terjadi, seperti menyuarakan kecurangan Ujian Nasional, memperjuangkan nasib rekan sejawat yang teraniaya, atau memobilisasi guru untuk kepentingan-kepentingan politis.
Pada sisi lain, para guru juga mesti melakukan refleksi dan otokritik. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan, para guru juga harus berusaha meningkatkan kompetensi diri. Empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial, sudah seharusnya tak hanya sekadar hafalan dan retorika belaka, tetapi benar-benar menyatu secara afektif dan mewujud dalam aksi nyata.
Adapun ciri-ciri guru yang profesional adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai komitmen kepada siswa dan proses belajarnya. Guru merupakan unsur dalam proses belajar mengajar yang bertugas “dititipi” anak didik yang tugasnya adalah membimbing mereka dalam mendapatkan ilmu pengetahuan sedangkan anak didik merupakan unsur yang oleh orang tua dipercayakan kepada guru untuk di bimbing menjadi manusia yang berkualitas.
2. Menguasai materi pelajaran dan cara mengajarkannya. Materi pelajaran merupakan isi pengajaran tertentu yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Penguasaan materi pelajaran dan cara mengajarkannya bertujuan agar dapat mencapai hasil yang lebih baik. Jadi guru harus menguasai apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya melalui pengelolaan kelas yang baik antara lain : membuat dan mengevaluasi rencana dan perangkat pembelajaran dengan; membuka dan menutup pelajaran; membuat pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
3. Bertanggung jawab memantau kemajuan belajar siswa melalui beberapa teknik evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar, karena evaluasi merupakan suatu alat pengukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai siswa dan keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik test atau teknik non test.
4. Mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugasnya sebagai guru.
5. Mampu menjadi bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
6. Mempunyai sifat dan kepribadian yang simpatik. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, teliti, empati dan mampu bekerja sama dengan baik, mampu berkomunikasi dengan anak didik dalam upaya mengembangkan kepribadian anak didik.
7. Mampu mereformasi pendidikan.Hampir seluruh tanggung jawab reformasi pendidikan berada di tangan guru sebagai pendidik. Sehingga guru mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil keputusan di bidang pendidikan agar mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menunjang pendidikan. Bahkan di lapangan, guru dapat membuat modifikasi dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Kreatif. Peningkatan profesional guru dapat pula dilakukan dengan mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
9. Tidak bosan-bosannya meningkatkan pengetahuan, baik melalui buku, media cetak, pelatihan seperti MGMP dan penataran-penataran, serta melalui pendidikan lanjutan seperti program S1, atau S2. Dengan meningkatkan pengetahuan, diharapkan guru dapat menambah wawasan dan kompetensinya sebagai guru yang profesional sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik. Seorang guru yang profesional harus memiliki berbagai kompetensi sehingga mampu membimbing peserta didik agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
10. Disiplin dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dalam hal ini guru harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan kurikulum dan profesi sebagai guru.
11. Dapat dipercaya. Dengan tingkat profesionalisme yang tinggi, maka guru dapat dipercaya oleh orang tua sebagai orang yang mampu “dititipi” dalam membimbing anak-anak mereka menjadi manusia yang berguna di kemudian hari.
Guru harus mampu memberikan motivasi dan contoh mental yang baik kepada anak didiknya. Kekayaan mental itu antara lain meliputi tanggung jawab, jujur, percaya diri, disiplin,sabar, suka tantangan. Selain itu para guru memiliki komitmen, perjuangan, pengorbanan, keuletan dan kegigihan
1. Mempunyai komitmen kepada siswa dan proses belajarnya. Guru merupakan unsur dalam proses belajar mengajar yang bertugas “dititipi” anak didik yang tugasnya adalah membimbing mereka dalam mendapatkan ilmu pengetahuan sedangkan anak didik merupakan unsur yang oleh orang tua dipercayakan kepada guru untuk di bimbing menjadi manusia yang berkualitas.
2. Menguasai materi pelajaran dan cara mengajarkannya. Materi pelajaran merupakan isi pengajaran tertentu yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Penguasaan materi pelajaran dan cara mengajarkannya bertujuan agar dapat mencapai hasil yang lebih baik. Jadi guru harus menguasai apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya melalui pengelolaan kelas yang baik antara lain : membuat dan mengevaluasi rencana dan perangkat pembelajaran dengan; membuka dan menutup pelajaran; membuat pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
3. Bertanggung jawab memantau kemajuan belajar siswa melalui beberapa teknik evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar, karena evaluasi merupakan suatu alat pengukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai siswa dan keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik test atau teknik non test.
4. Mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugasnya sebagai guru.
5. Mampu menjadi bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
6. Mempunyai sifat dan kepribadian yang simpatik. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, teliti, empati dan mampu bekerja sama dengan baik, mampu berkomunikasi dengan anak didik dalam upaya mengembangkan kepribadian anak didik.
7. Mampu mereformasi pendidikan.Hampir seluruh tanggung jawab reformasi pendidikan berada di tangan guru sebagai pendidik. Sehingga guru mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil keputusan di bidang pendidikan agar mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menunjang pendidikan. Bahkan di lapangan, guru dapat membuat modifikasi dan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Kreatif. Peningkatan profesional guru dapat pula dilakukan dengan mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
9. Tidak bosan-bosannya meningkatkan pengetahuan, baik melalui buku, media cetak, pelatihan seperti MGMP dan penataran-penataran, serta melalui pendidikan lanjutan seperti program S1, atau S2. Dengan meningkatkan pengetahuan, diharapkan guru dapat menambah wawasan dan kompetensinya sebagai guru yang profesional sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik. Seorang guru yang profesional harus memiliki berbagai kompetensi sehingga mampu membimbing peserta didik agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
10. Disiplin dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dalam hal ini guru harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan kurikulum dan profesi sebagai guru.
11. Dapat dipercaya. Dengan tingkat profesionalisme yang tinggi, maka guru dapat dipercaya oleh orang tua sebagai orang yang mampu “dititipi” dalam membimbing anak-anak mereka menjadi manusia yang berguna di kemudian hari.
Guru harus mampu memberikan motivasi dan contoh mental yang baik kepada anak didiknya. Kekayaan mental itu antara lain meliputi tanggung jawab, jujur, percaya diri, disiplin,sabar, suka tantangan. Selain itu para guru memiliki komitmen, perjuangan, pengorbanan, keuletan dan kegigihan
Akhirnya, selamat Hari Guru. Guru professional.25/11/2009
Prefesional adalah salah satu syarat dalam menjalankan sebuah pekerjaan karena, dalam prefesionalisme seseorang dituntut untuk bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Guru adalah salah satu pekerjaan yang sangat dituntut prefesionalisme nya karena di tangan pekerjaan yang terkenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tersebut masa depan negara dipertahruhkan. Bagaimana tidak ,jika seorang guru tidak benar mendidik siswanya bagaimana masa depan bangsa kita. Negara kita membutuhkan generasi-generasi muda yang bertanggungjawab dan siapa kah yang membangun generasi-generasi muda itu agar bisa bertanggungjawab untuk membangun negara ini? jawabnya hanya satu, yaitu adalah GURU.
BalasHapusGuru yang terkenal sebagai pahlawan tanpa jasa tersebut sangat pantas untuk dihargai oleh seluruh bangsa indonesia bahkan seluruh bangsa di dunia harus menghargai jasa-jasa seorang guru. di Indonesia dulu guru adalah pekerjaan yang tidak terlalu di utamakan. Guru hanya pekerjaan yang biasa bahkan peminat seseorang untuk menjadi guru terbilang kurang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dulu seorang guru harus bekerja sambilan. Sekarang pekerjaan guru dinilai sebagai pekerjaan yang mulia. Banyak generasi muda yang berminat untuk menjadi guru. tetapi, banyak keprihatinan di zaman ini pelajar banyak yang mengolok-olok guru mereka dan banyak guru yang menyalahgunakan pekerjaannya untuk mendapatkan keuntungan. oleh karena itu, sebaiknya mari kita memperbaiki sistem pendidikan kita dari diri kita masing-masing.
adelina SE
Guru adalah Pekerjaan yang mulia
BalasHapusGuru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa
Guru adalah Orang Tua ku
dan banyak lagi arti seorang Guru
Tapi banyak Guru yang menyalah gunakan wewenangnya oleh karena itu sangat di butuhkan oleh semua Bangsa Guru yang Profesional. Profesional tidak hanya dibutuhkan oleh seorang guru, tetapi semua pekerjaan. Profesional menuntut pekerja untuk bertanggung jawab atas pekerjaan yang di lakukan.
Tiada Presiden, Wakil Presiden, Mentri, Dan Pejabat yang hebat tanpa adanya tangan Guru.
Oleh karena itu, Guru pantas dihargai oleh semua orang.
Nur Hadi SE
Saat ini guru-guru bisa bernafas lega, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya kesejahteraan guru lebih terarah. Dengan gaji yang cukup dan fasilitas yang memadai, membuat kinerja guru semakin meningkat. Hal ini seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kemudahan sekaligus semangat untuk para guru bekerja. Di lihat dari peranannya fasilitas yang siudah diberikan sekarang ini sangat memotivasi guru-guru untuk lebih bersemangat mengajar. tetapi, masih banyak guru yang masih bandel dan tidak bertanggung jawab. Contoh : tidak mengajar tanpa alasan. Hal tersebut banyak dijumapi disetiap sekolah. Guru-guru lebih sering berada di ruangannya dari pada dikelas.tetapi, walupun begitu beliau lah guru kita yang mengajar kita sampai sekarang. TERIMA KASIH GURU.
BalasHapusAntoni SE
menurut saya profesionalisme sangat penting dalam melakukan segala hal , dalam pekerjaan maupun kegiatan sehari hari karena jika kita bersikap profesional , pasti hasilnya baik. baik itu dinilai sendiri maupun dinilai orang lain. Profesional berarti menanggung segala resiko dari apa yang di perbuat. Contohnya seorang guru harus bisa bersikap bagaimana selayaknya guru yang baik dan benar . memperhatikan murid2nya , mengajar dengan sabar karena tidak semua murid itu pandai. jangan pernah beranggapan bahwa murid2 yang bodoh itu dalah murid yang mendapat nilai jelek. murid pun punya bakat di bidang2 yang mereka kuasai. jadi itu dalah suatu hal yang wajar apabila ada seorang murid yang pintar dalam ilmu berbahasa namun tidak bisa matematika. seorang guru yang profesional pastinya tidak akan memarahi karena nilainya jelek , namun terus memberikan motivasi supaya nilainya tidak terlalu anjlok sekali. perkembangan negara ini pasti akan maju dan berkualitas apabila para guru bisa mengajar dengan profesional serta sabar dalam menghadapi berbagai persoalan yang akan di hadapi untuk memajukan pendidikan bangsa. Niscaya , Indonesia tidak akan masuk ke dalam peringkat negara terpuruk dalam pendidikan di dunia
BalasHapusJeane Morina
S.E
Terimakasih atas komentarnya, mudah-mudahan komentar anda, para guru membaca dan dapat merobah kompetensinya dalam mengajar dan mendidik.
BalasHapusDestya P S.D
BalasHapusMenjadi guru memang banyak memiliki suka duka, tantangan dan kesulitan, apalagi menjadi guru SMA yang harus menghadapi murid yang sedang dalam kondisi emosional yang labil. Walaupun begitu masalah2 pasti dapat diatasi apabila para guru berniat sungguh2 menyelesaikannya. Guru, menurut asalnya dari bahasa India, adalah orang yang mentransfer ilmu. Seorang guru tidak hanya harus membuat siswa dapat menghafal atau mengerti pelajaran2 demi angka-angka mati di atas kertas, namun juga harus dapat mengajarkan para siswa hal-hal yang penting dalam hidup, agar para siswa dapat menjadi yakin dalam menjalani masa depannya dan mengejar cita-citanya. Selain itu, guru juga harus memberikan teladan bagi para siswa, dan itu akan lebih berarti dibandingkan seribu kata omelan yang ditujukan untuk mereka.
Sekian dari saya.
dalam pekerjaan kita harus punya sifat profesionalisme. karena dengan profesional kita dapat melakukan atau melaksanakan pekerjaan dengan baik.
BalasHapusseorang guru juga harus profesional dalam mendidik muridnya. sebagai contoh dalam satu kelas terdapat satu anak murid yg begitu menonjol, sehingga sang guru selalu meng-anak emaskan murid tersebut. seperti mengikutkan murid pandai tersebut untuk belajar tambahan dengan guru tersebut sedangkan murid-murid yg lain tidak. itu tidak adail namanya? bukankah memang tugas guru adalah mendidik muridnya? kalau guru tsb memang profesional, maka beliau juga harus mengikutkan sluruh murid tsb untuk belajar tambahan, bukan cuma murid pintar tsb saja.
kalau seluruh murid tsb pintar, buat apa sekolah? maka dari itu karena mereka kurang mencukupi, jadi harusnya mereka juga dibantu, dan lebih disokong. bukankah itu tugas seorang guru yg profesiional?
demikianlah pendapat dari saya. atas kurang-lebihnya saya minta maaf.
INGGRID NOVITA SARI S.B
Profesionalisme memang sangat dibutuhkan seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
BalasHapusseorang guru juga harus memiliki sifat itu untuk mendidik anak muridnya di sekolah.
misalnya murid yang dikatakan masih kurang kemampuannya jangan dibeda-bedakan dengan murid yang lebih pandai.
seorang guru yang profesional, tidak akan bertindak seperti itu. malah seharusnya dia memberikan perhatian yang lebih terhadap anak itu, agar setidaknya kemampuan dia tidak di bawah atau sama dengan anak-anak yang lain.
sekian komentar dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf.
RAHMI FITRI S.B
guru, jasamu akan selalu di kenang sepanjang masa karena dengan keikhlasanmu dan kesabaranmu, kita memiliki ilmu untuk kita bawa dikehidupan kita kelak, maka dari itu, kita tidak boleh merasa benci atau marah saat guru menegur kita. itu semua ia lakukan karena mereka sangat menyayangi kita. oleh karena itu, jasa-jasa guru harus diabadikan sepanjang masa dengan cara memperingati hari guru untuk mengenang semua jasa-jasanya.
BalasHapusHANA SE
guru adalah orangtu akedua selain ibu dan ayah, ia mendidik selayaknya orangtua yang mendidik anaknya. ia tidak pernah lelah untuk membimbing dan membina kami, walaupun jika mereka sedang marah tapi ebenarnya ia sayang dengan kita, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mereka memberikan ilmu untuk kita kelak, maka dari itu perlu diadakannya hari guru untuk mengenang jasa-jasa guru, karena tanpanya kita tidak pernah menjadi orang yang berguna.
BalasHapusMIA SE